Mengenai Saya

Foto saya
Denpasar, Bali, Indonesia

Selasa, 14 Agustus 2007

Refreshing Ke Tanah Lot


Hari Minggu 29 Juli 2007 kita jalan – jalan ke Tanah Lot. Sekitar satu jam perjalanan dari rumah kita sampai di Tanah Lot. Soalnya kita muter-muter dulu.Lewat Dalung karena Mama mau ambil uang di ATM Tiara Gatsu dulu, kemudian berlanjut ke arah utara lewat Dalung, terus melewati Tuka, berhenti sejenak melihat Seminari Roh Kudus Tuka & Sekolah Santo Thomas Aquinas. Tanpa banyak membuang waktu perjalanan di lanjutkan ke arah Canggu, menyusuri jalan menuju Tanah Lot lewat jalur selatan. Dengan kecepatan sekitar 40 km / jam, sambil bercanda dan menikmati pemandangan hamparan sawah, dengan permukaan jalan yang cukup halus , tidak terasa sudah sampai di areal parkir Obyek Wisata Tanah Lot.

Pelan – pelan kendaraan menuju ke gerbang tiket. Seorang wanita pet

ugas tiket masuk menghampiri kami. Dengan senyum penuh keramahan, menyapa serta menghitung jumlah penumpang. ” Rp 25.000,00 Pak, untuk dua orang dewasa dan dua orang anak sudah termasuk parkir,” demikan katanya tanpa meninggalkan senyum ramahnya.

Begitu selesai parkir, tugas pun di bagi. Papa membawa tikar dan buku, Intan bawa bantal, Indra juga bawa bantal, Mama bawa ransel berisi bekal makanan, minuman dan mainan serta buku bacaan.

Hari itu ombak laut begitu besar, sehingga para wisatawan tidak diperbolehkan mendekati batas pantai.

Ombak bergulung-gulung menghempas ke batu karang hitam yang di atasnya berdiri megah Pura Tanah Lot dengan tiada hentinya. Suara deburan ombak serasa menyambut kedatangan kita berempat.

Melewati tangga setelah gapura, tampak seorang tukang foto dengan menggandeng seekor ular phiton menawarkan jasa pemotretan. Bergegas Intan langsung minta digendong karena takut melihat ular. Tidak demikian dengan Indra, dia tidak minta di gendong tapi berjalan menjauh ke pinggir sisi jalan setapak.


Kita langsung menuju ke sisi barat untuk mencari lokasi reru

mputan di bawah pohon untuk menggelar tikar. Begitu tikar terbentang , langsung kita berebut untuk tiduran. Capek lelah dan penat serasa lenyap semua. Tidak berapa lama Intan mengeluarkan buku gambarnya dan mulai mencorat coret dengan pensil. Tidak mau ketinggalan si Indra langsung menarik ranselnya Mama untuk mengeluarkan robot Power Ranger serta mobil mainan. Sementara anak-anak asyik dengan hobynya, tampak Mama membuka bungkus makanan untuk mengambil kue yang tadi dibeli di Tiara Gatsu.

Aku sih sudah asyik membaca buku “ Benny, Tragedi Seorang Loyalis” yang baru dua hari yang lalu aku beli di Gramedia Dewi Sartika Denpasar.

Tak seberapa lama Intan menunjukkan gambarnya. Aku lumayan terperanjat juga begitu melihat hasil gambarnya, yaitu gambar Pura Tanah Lot seperti yang ada di depan mata. Ternyata dia mengekspresikan apa yang dia li

hat. Aku jadi ingat saat berada di halaman parkir sekolahnya Indra, sambil menunggu adiknya pulang sekolah, dia mengisi waktu dengan menggambar suasana parkir di sekolah detail dengan kendaraan maupun situasi orang di lokasi itu.

Sekitar dua jam berada di lokasi wisata Tanah Lot, selama itu juga hanya kami habiskan waktunya untuk duduk santai tanpa jalan-jalan ke Pura atau ke sisi lain dari tempat wisata itu. Intan dan Indra sibukdengan permainannya sendiri, berlarian di taman sambil sesekali di temani mamanya. Sedangkan aku lebih banyak menghabiskan waktu dengan membaca. Karena suasananya sangat mendukung sekali untuk bersantai dan membaca.

Setelah mengambil gambar secukupnya, menyantap makanan kecil dan anak-anak terlihat sudah mulai kelaparan, kami putuskan untuk kembali ke Denpasar. Siang itu matahari menyinari bumi tanpa terhalang oleh awan sedikitpun, jadi panasnya bukan main. Waktu bicara tentang makan siang, ternyata ideku sama ide istriku sama. Yaitu babi guling Semeton. Di warung ini menu babi gulingnya uenaaak sekali. Ini berawal waktu dua tahun yang lalu aku dapat tugas proyek di Tabanan. Hampir tiap hari aku melewati dan mampir untuk makan siang. Lokasinya di pinggir sawah sekitar Desa Cemagi. Yaitu di jalan Denpasar Tanah Lot lewat Canggu. Setelah proyek di Tabanan selesai aku tidak lagi sesering untuk makan di sana. Jadi kalau pas lewat di sana pasti mampir. Indra tidak begitu menyukai menu ini. Tetapi Intan tampaknya menyukai meskipun hanya sayur daun ares sama daging yang di sayur saja yang dia habiskan. Kami menikmati makan siang itu sambil menikmati hamparan sawah di depan kami. Sambil makan aku cerita sama anak-anak kalau waktu kecil dulu papa suka main di sawah. Apa lagi di situ terdapat sekumpulan burung, yang mengingatkanku waktu main ketapel untuk mencari burung di sawah sewaktu kecil. Indra malahan minta untuk dibuatkan ketapel seperti kepunyaan papa waktu kecil. Ya aku bilang nanti saja kalau pas pulang ke Jawa, papa buatin sambil main ke sawahnya Mbah Uti. Wah langsung dia tanya kapan pulang ke Jawa biar bisa main ke sawah. Ya…nanti kalau libur dan mamanya juga libur, kita semua berlibur ke Ambarawa.

Setelah kenyang menyantap makan siang dan istirahat sejenak perjalanan pulang ke Denpasar kami lanjutkan. Selama di kendaraan tidak ada lagi canda tawa seperti waktu berangkat tadi, karena selai kelelahan dan kenyang, anak-anak tertidur pulas di kendaraan. Mereka baru bangun begitu sampai di rumah. Puji Tuhan kita sekeluarga sudah sampai di rumah lagi dengan selamat dan senyum ceria tampak di wajah kita semua. Amiiiin.

2 komentar:

Anonim mengatakan...

Her, sus gak nyangka ketemu juga kalian. ini aku anton temen smp-mu, ingat nggak?
contact2 aku yo.
emailku : a_antono@hotmail.com
ym-ku : big_am2003@yahoo.co.uk
fs-ku : http://profiles.friendster.com/bolamania

Ayumi Galuh mengatakan...

Nice place to visit

Visit: http://www.tanahlot.net